Desember 19, 2014

Kenapa Harus Galau???

Galau, suatu keadaan yang menggambarkan pikiran yang kacau/ tidak karuan, sumber kegalauan biasanya sebuah keinginan yang belum tercapai/ terpenuhi, tetapi sangat malu dan tidak nyaman apabila kegagalan untuk memenuhi keinginan tersebut diketahui oleh orang lain, dalam kata lain takut dinilai negatif oleh orang,

***

Al-kisah, disebuah desa yang terpencil yang masyarakatnya masih lugu, ada sebuah keluarga yang sangat terpandang dimasyarat desa tersebut, sebut saja namanya pak Tedjo, Pak Tedjo memiliki seorang putri yang bernama Surti, yang merupakan salah satu lulusan Perguruan Tinggi Ternama di Semarang, setelah Lulus SMU Pak Tedjo ingi Surti menjadi Satu satunya sarjana dikampungnya, karena saat itu belum ada satupun sarjana dikampung tersebut, tetapi syang dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru ternyata Surti Gagal, karena malu dengan warga sekitar yang sudah tahu bahwa nanti Surti akan kuliah dan menjadi satu-satunya Sarjana dikampung tersebut, maka Pak Tedjo rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk dapat masuk perguruan tinggi tersebut dengan cara yang tidak betul,
Saat kuliah surti sering kali gagal dalam menyelesaikan mata kuliahnya, sehingga surti telat lulus kuliahnya, kareana malu Putrinya tak jua lulus kuliah, Pak Tedjo pun rela mengeluarkan uang jutaan rupiah agar puterinya dapat segera lulus dan tidak jadi omongan orang.
Setelah Lulus dan diwisuda sebagai seorang Sarjana, berbulan-bulan, bahkan sampai tahunan Surti belum juga mendapatkan pekerjaan, berkali-kali surti menjalani tes untuk masuk kerja selalu gagal, tidak nyaman mendengar omongan masyarakat ”Percuma, sekolah tinggi-tinggi hanya menjadi pengangguran”    Pak Tedjo pun memasukan Surti Menjadi PNS memalui jalur yang tidak dibenarkan dengan membayar ratusan jua rupiah kepada oknum tertentu untuk dapat diterima sebagai PNS. (Kisah ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan cerita mungin karena kisah ini sudah menjadi kebiasaan di masyarakat)

***

Sering kali kita malu terhadap omongan orang dibanding malu kepada Allah SWT, kadang kita sangat berani menentang-Nya hanya untuk mendapat pengakuan HEBAT di mata masyarakat, sering kali orang mendadak galau apabila mendapati kondisi pertanyaan seperti ini : Kuliah tak lulus-lulus ditanya Kapan Wisudanya?, Kerjaan tak dapat-dapat di tanya Sudah Kerja dimana? Gaji pas-pasan sering di tanya Gajimu sekarang sudah berapa? Jodoh ga datang-datang sering ditanya Kapan Nikahnya? Momongan belum jua di beri selalu ditannya anaknya sudah berapa? Dst...
Seharusnya kita lebih galau kalau: Subuhnya Kesiangan, Selalu ketinggalan sholat berjamaah, belum bisa meninggalkan kemaksiatan, diajak ngaji tak mau ikut, dinasehati tidak mau nurut, lebih banyak fesbukan daripada rukuk dan sujud.
Seharusnya kita lebih galau dengan kehidupan setelah mati, karena  hidup ini paling hanya sekita 60 s.d 90 tahun, itupun kalau nyampai. Apabila didunia ada kekurangan, kelemahan, keterbatasan toh hanya sekitaran umur kita itu, tetapi bagaimana apabila kita mengabaikan urusan akhirat yang tak terukur wktunya, masihkah kita galau dengan urusan dunia? Masihkah kita galau dengan reputasi kita? Masihkah kita galau apabila kita tidak mendapatkan pekerjaan lalau ada keinginan untuk curang biar bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus dan terhormat?
Kita masih sering lupa, bahwa yang terpenting dalam hidup ini bukan seberapa panjang deret gelar yang menempel pada nama kita, tetapi seberapa bijakah dengan ilmu yang kita miliki, terkadang ada seorang yang sudah haji tersinggung apabila tidak di panggil dengan sebutan pak haji atau Ibu Hajah, paahal haji adalah salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan bagi yang mamapu, sama juga halnya sholat dan Zakat, orang yang sudah sholat pun tak marah kalau tidak dipanggil dengan Musholi, orang yang sudah berzakatpun tiak pernah marah apabila tidak dipanggil dengan Bapak/ Ibu Muzaki, jadi gelar seseorang belum tentu berbanding lurus dengan keilmuan dan ketakwaan yang dimiliki oleh orang tersebut.
Sesungguhnya ukuan itu bukan dari seberapa banyak Tabungan Kita, bukan seberapa mewah kendaraan kita, bukan dari apa Profesi kita, bukan dari membesarnya Usaha kita, bukan dari melesatnya Karir kita, bukan dari besarnya penghasilan kita, Keberkahan Rizki itu hadir dari rasa syukur atas seluruh yang terkarunia pada diri kita, dari tingkat kedermawanan kita dan rasa berbagi,    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar