Pemimpin Nasional
sudah terpilih untuk 5 tahun kedepan (walupun masih dalam sengketa), selanjutnya
bagaimana sikap kita sebagai seorang warga negara yang baik, sebagai rakyat
indonesia ?
Kondisi
yang ada saat ini, banyak sekali pemberitaan tentang para pemimpin-pemimpin
kita yang berbuat dzolim kepada rakyatnya, banyak yang korupsi, banyak yang
menerima suap, manyak yang menyalahgunakan kewenangannya, itulah hidangan
sehari-hari yang disuguhkan oleh media masa di Bangsa kita ini, Head Line Surat
kabar banyak yang berisi cacian, hujatan, membuka aib para pemimpin dan aib
keluarganya, bahkan ada juga fitnah yang keji memerpa para pemimpin.
Lalu
bagaimana sikap kita sebagai muslim? Sebagai warga negara?, sebagai rakyat
indonesia? Apakah kita juga akan ikut-ikutan asyik mengolok-olok pemimpin kita,
ikut menyebarkan aib peminpin kita? Yang lebih parah lagi apa kita akan juga
ikut menyebarkan fitnah yang kita sendiri belum tahu kejelasan benar tidaknya
berita tersebut?
Islam memerintahkan untuk taat kepada pemimpin karena dgn ketaatan rakyat kepada
pemimpin (selama tak maksiat) maka akan terciptalah keamanan & ketertiban
serta kemakmuran.
Prilaku rakyat (orang yang dipimpin) sangat mempengaruhi prilaku pemimpinya (orang
yang memimpin) hal ini dapat kita lihat dari hadis Rasulullah, ada dua buah
hadist diantaranya yang dapat kita ambil hikmahnya tentang sikap rakyat yang
dapat mempengaruhi pemimpinya :
Pada saat Rasulullah shalat Subuh dengan membaca surat
Ar-Ruum, lalu bacaan beliau bercampur dgn lainnya. Setelah selesai shalat
beliau bersabda:
Bagaimana keadaan orang-orang yg shalat tanpa
bersuci dengan baik? Bacaan AI Qur'an kita menjadi kacau karena mereka. [HR. Nasai No.938].
Pelajaran
yang kita ambil dari hadist tersebut adalah: ada sebagaian/ sekelompok orang
yang tidak bersuci secarara sempurna (mungkin aa beberapa bagian tubuh yang
seharusnya i basuh tetapi tidak dibasuh) dan menjadi makmum Rasulullah pada
saat saholat subuh, karena kesalahan beberapa orang makmum dapat mempengaruhi
bacaan imam (pemimpin), begitu juga dengan prilaku orang yang dipimpin jika
tidak betul prilakunya, tidak betul perbuatannya, dapat mempengaruhi sikap
pemimpinnya atau mempengaruhi apa yang dikerjakan oleh pemimpinnya.
Hadist
kedua adalah hadist dari Ubadah bin Shamit r.a. berkata, "Suatu ketika
Rasulullah saw. keluar untuk memberitahu kami mengenai Lailatul Qadar. Tetapi
sayang waktu itu, terjadi pertengkaran diantara dua orang Islam, setelah itu
Rasulullah bersabda, "Aku keluar untuk memberitahu kapan munculnya
Lailatul Qadar, tetapi sayang si fulan dan si fulan saling mencaci, sehingga
penentuan mengenainya telah diangkat, barangkali hal itu lebih baik bagi
kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh, dan kelima."
Pelajaran
haist yang dapat kita ambil adalah : Dahulu sebelum ada hadist ini turunnya Lailatul
Qadar sudah diketahui oleh Rasulullah SAW, dan setiap akan ada turunnya Lailatul
Qadar, Rasulullah selalu memberitahunkan kepada umatnya, tetapi pada saat itu
karena pertengkaran 2 orang muslim dan mereka saling mencaci satu sama lain
(melakukan perbuatan tercela) dan kedua orang tersebut adalah umat Rasulullah
(orang yang dipimpin oleh Rasulullah) maka ilmu untuk dapat mengetahui kapan
turunnya Lailatul Qadar lalu diangkat lagi oleh Allah SWT sehingga penentuan turunnya
Lailatul Qadar disuruh untuk mencari sendiri pada malam –malam ganjil pada
bulan ramadhan,
Dari
pelajaran kedua hadist diatas maka dapat kita ambil pelajaran bahwa prilaku
rakyat/masyarakat sangat mempengaruhi prilaku pemimpin kita, karena
sesungguhnya urusan pemimpin itu adalah urusan Allah, Allah akan memilihkan
pemimpin yang baik, yang taat menjalankan perntah agama, yang akan menegakkan
kebenaran, yang lebih mencintai rakyatnya, apabila rakyat yang dipimpinnya juga
taat menjalankan perintah agama, selalau melakukan perbuatan yang baik dan
benar, mencintai pemimpinnya serta patuh dan taat terhadap pemimpinnya, akan
tetapi juga sebaliknya Allah akan memilihkan pemimpin untuk yang lebih cinta
kepada dunia, apabila rakyatnya juga lebih cinta pada dunia?
Sikap
kita sebagai rakyat yang baik, sebagai warga negara yang baik yang beragama Isalam,
seharusnya adalah mendukung siapaun pemimpin yang terpilih, tidak perlu
menghujat, tidak perlu mencela, tidak perlu mencaci. Karena sesungguhnya urusan
pemimpin adalah urusan Allah, lalu pantaskah kita menhujat urusan Allah?
Pantaskah kita mencela urusan Allah, pantaskah kita untuk mencaci urusan allah?
Marilah
kita bangun bangsa dan negara ini mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga
kita sendiri, tidak perlu menunjuk seseorang, tidak perlu menghujat para
pemimpin dan yang memilihnya, mari kita bercermin dengan apa yang sudah kita
perbuat, apalagi dengan megklaim bahwa dirinya adalah orang baik, orang cerdas,
orang paling sholeh, orang paling alim, dan mengangap mayoritas orang indonesia
adalah orang yang bodoh, orang yang tidak taat kepada agama, orang-orang jahat,
sehingga bangsa indonesia dipilihkan pemimpin yang setipe dengan rakyatnya
tersebut, Naudzubillahimindzalik, marilah kita lihat diri kita masing-masing,
tidak usah melihat orang laian, Pernahkah dala do’a kita meminta pemimpin yang
baik untuk negeri ini, seberapa sering kita berdo’a untuk diberikan pemimpin
yang baik untuk negeri ini, sering kali kita berdo’a hanya untuk kebaikan diri
dan keluarga kita, kesehatan diri dan keluarga kita, dan keselamatan diri dan
keluarga kita.
Dan
lebih penting mana? Kita mengoreksi kekurangan pemimpin kita dan menghujatnya,
dengan kita mengoreksi sholat kita apakah sudah baik atau belum? Mengoreksi wudhu
kita apakah sudah sempurna atau belum? Mengoreksi semua amal kita sudah apakah
sudah benar atau belum???
SEORANG
MUSLIM YANG BIJAK AKAN TAHU MANA YANG LEBIH PENTING BAGI DIRINYA
(ringkasan
Khutbah Jum’at di Masjid Al-Haif kanwil
Kemenag Kepri yang disampaikan Oleh Ust Arif)
Ditulis dengan menggunakan
bagasa sendiri, mohon maaf bila ada kesalahan dalam menangkap materi khutbah
yang disampaikan oleh Khatib.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar