Agustus 15, 2014

PRILAKU RAKYAT MEMPENGARUHI PRILAKU PEMIMPIN


Pemimpin Nasional sudah terpilih untuk 5 tahun kedepan (walupun masih dalam sengketa), selanjutnya bagaimana sikap kita sebagai seorang warga negara yang baik, sebagai rakyat indonesia ?
Kondisi yang ada saat ini, banyak sekali pemberitaan tentang para pemimpin-pemimpin kita yang berbuat dzolim kepada rakyatnya, banyak yang korupsi, banyak yang menerima suap, manyak yang menyalahgunakan kewenangannya, itulah hidangan sehari-hari yang disuguhkan oleh media masa di Bangsa kita ini, Head Line Surat kabar banyak yang berisi cacian, hujatan, membuka aib para pemimpin dan aib keluarganya, bahkan ada juga fitnah yang keji memerpa para pemimpin.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai muslim? Sebagai warga negara?, sebagai rakyat indonesia? Apakah kita juga akan ikut-ikutan asyik mengolok-olok pemimpin kita, ikut menyebarkan aib peminpin kita? Yang lebih parah lagi apa kita akan juga ikut menyebarkan fitnah yang kita sendiri belum tahu kejelasan benar tidaknya berita tersebut?
Islam memerintahkan untuk taat kepada pemimpin karena dgn ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tak maksiat) maka akan terciptalah keamanan & ketertiban serta kemakmuran.
Prilaku rakyat (orang yang dipimpin)  sangat mempengaruhi prilaku pemimpinya (orang yang memimpin) hal ini dapat kita lihat dari hadis Rasulullah, ada dua buah hadist diantaranya yang dapat kita ambil hikmahnya tentang sikap rakyat yang dapat mempengaruhi pemimpinya :
Pada saat Rasulullah shalat Subuh dengan membaca surat Ar-Ruum, lalu bacaan beliau bercampur dgn lainnya. Setelah selesai shalat beliau bersabda:


Bagaimana keadaan orang-orang yg shalat tanpa bersuci dengan baik? Bacaan AI Qur'an kita menjadi kacau karena mereka. [HR. Nasai No.938].
Pelajaran yang kita ambil dari hadist tersebut adalah: ada sebagaian/ sekelompok orang yang tidak bersuci secarara sempurna (mungkin aa beberapa bagian tubuh yang seharusnya i basuh tetapi tidak dibasuh) dan menjadi makmum Rasulullah pada saat saholat subuh, karena kesalahan beberapa orang makmum dapat mempengaruhi bacaan imam (pemimpin), begitu juga dengan prilaku orang yang dipimpin jika tidak betul prilakunya, tidak betul perbuatannya, dapat mempengaruhi sikap pemimpinnya atau mempengaruhi apa yang dikerjakan oleh pemimpinnya.
Hadist kedua adalah hadist dari Ubadah bin Shamit r.a. berkata, "Suatu ketika Rasulullah saw. keluar untuk memberitahu kami mengenai Lailatul Qadar. Tetapi sayang waktu itu, terjadi pertengkaran diantara dua orang Islam, setelah itu Rasulullah bersabda, "Aku keluar untuk memberitahu kapan munculnya Lailatul Qadar, tetapi sayang si fulan dan si fulan saling mencaci, sehingga penentuan mengenainya telah diangkat, barangkali hal itu lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh, dan kelima."
Pelajaran haist yang dapat kita ambil adalah : Dahulu sebelum ada hadist ini turunnya Lailatul Qadar sudah diketahui oleh Rasulullah SAW, dan setiap akan ada turunnya Lailatul Qadar, Rasulullah selalu memberitahunkan kepada umatnya, tetapi pada saat itu karena pertengkaran 2 orang muslim dan mereka saling mencaci satu sama lain (melakukan perbuatan tercela) dan kedua orang tersebut adalah umat Rasulullah (orang yang dipimpin oleh Rasulullah) maka ilmu untuk dapat mengetahui kapan turunnya Lailatul Qadar lalu diangkat lagi oleh Allah SWT sehingga penentuan turunnya Lailatul Qadar disuruh untuk mencari sendiri pada malam –malam ganjil pada bulan ramadhan,
Dari pelajaran kedua hadist diatas maka dapat kita ambil pelajaran bahwa prilaku rakyat/masyarakat sangat mempengaruhi prilaku pemimpin kita, karena sesungguhnya urusan pemimpin itu adalah urusan Allah, Allah akan memilihkan pemimpin yang baik, yang taat menjalankan perntah agama, yang akan menegakkan kebenaran, yang lebih mencintai rakyatnya, apabila rakyat yang dipimpinnya juga taat menjalankan perintah agama, selalau melakukan perbuatan yang baik dan benar, mencintai pemimpinnya serta patuh dan taat terhadap pemimpinnya, akan tetapi juga sebaliknya Allah akan memilihkan pemimpin untuk yang lebih cinta kepada dunia, apabila rakyatnya juga lebih cinta pada dunia?
Sikap kita sebagai rakyat yang baik, sebagai warga negara yang baik yang beragama Isalam, seharusnya adalah mendukung siapaun pemimpin yang terpilih, tidak perlu menghujat, tidak perlu mencela, tidak perlu mencaci. Karena sesungguhnya urusan pemimpin adalah urusan Allah, lalu pantaskah kita menhujat urusan Allah? Pantaskah kita mencela urusan Allah, pantaskah kita untuk mencaci urusan allah?
Marilah kita bangun bangsa dan negara ini mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kita sendiri, tidak perlu menunjuk seseorang, tidak perlu menghujat para pemimpin dan yang memilihnya, mari kita bercermin dengan apa yang sudah kita perbuat, apalagi dengan megklaim bahwa dirinya adalah orang baik, orang cerdas, orang paling sholeh, orang paling alim, dan mengangap mayoritas orang indonesia adalah orang yang bodoh, orang yang tidak taat kepada agama, orang-orang jahat, sehingga bangsa indonesia dipilihkan pemimpin yang setipe dengan rakyatnya tersebut, Naudzubillahimindzalik, marilah kita lihat diri kita masing-masing, tidak usah melihat orang laian, Pernahkah dala do’a kita meminta pemimpin yang baik untuk negeri ini, seberapa sering kita berdo’a untuk diberikan pemimpin yang baik untuk negeri ini, sering kali kita berdo’a hanya untuk kebaikan diri dan keluarga kita, kesehatan diri dan keluarga kita, dan keselamatan diri dan keluarga kita.
Dan lebih penting mana? Kita mengoreksi kekurangan pemimpin kita dan menghujatnya, dengan kita mengoreksi sholat kita apakah sudah baik atau belum? Mengoreksi wudhu kita apakah sudah sempurna atau belum? Mengoreksi semua amal kita sudah apakah sudah benar atau belum???
SEORANG MUSLIM YANG BIJAK AKAN TAHU MANA YANG LEBIH PENTING BAGI DIRINYA

(ringkasan  Khutbah Jum’at di Masjid Al-Haif kanwil Kemenag Kepri yang disampaikan Oleh Ust Arif)
Ditulis dengan menggunakan bagasa sendiri, mohon maaf bila ada kesalahan dalam menangkap materi khutbah yang disampaikan oleh Khatib.
Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar